Rabu, 26 Januari 2011

Sengkuni

ARYA SENGKUNI yang waktu mudanya bernama Trigantalpati adalah putra kedua Prabu Gandara, raja negara Gandaradesa dengan permaisuri Dewi Gandini.
Arya Sengkuni mempunyai tiga orang saudara kandung masing-masing bernama Dewi Gandari, Arya Surabasata dan Arya Gajaksa.
Arya Sengkuni menikah dengan Dewi Sukesti, putri Prabu Keswara raja negara Plasajenar.
Dari perkawinan tersebut ia memperoleh tiga orang putra bernama ; Arya Antisura/Arya Surakesti, Arya Surabasa dan Dewi Antiwati yang kemudian diperistri Arya Udawa, patih negara Dwarawati.
Arya Sengkuni mempunyai sifat perwatakan ; tangkas, pandai bicara, buruk hati, dengki dan licik.
Arya Sengkuni bukan saja ahli dalam siasat dan tata pemerintahan serta ketatanegaraan, tetapi juga mahir dalam olah keprajuritan.
Arya Sengkuni mempunyai pusaka berwujud Cis (=Tombak pendek untuk memerintah gajah) yang mempunyai khasiat dapat menimbulkan air bila ditancapkan ke tanah.
Dalam perang Bharatayuda, Arya Sengkuni diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa setelah gugurnya Prabu Salya, raja negara Mandaraka.
Arya Sengkuni mati dengan sangat menyedihkan di tangan Bima.
Tubuhnya dikuliti dan kulitnya diberikan kepada Dewi Kunti untuk melunasi sumpahnya.
Mayat Sakuni kemudian dihancurkan dengan gada Rujakpolo.

PATIH HARYA SAKUNI

Patih Harya Sakuni putra raja negara Palasajenar. Ia kelak akan menggantikan sebagai raja. Sewaktu mudanya bernama Harya Suman.

Pada waktu negara Madura diperintah Prabu Kuntiboja, baginda mengadakan perlombaan memilih calon suami bagi Dewi Kunti. Dengan diikuti adiknya perempuan, Dewi Gendari, hendak ikut serta di dalam perlombaan, tetapi terlambat datangnya. Di jalan ia berjumpa dengan Raden Pandu yang telah menang di dalam perlombaan itu. Harya Sakuni hendak merebut Dewi Kunti dan terjadilah perang. Sakuni kalah dan menyerahkan adiknya, Gendari, sebagai penebus kekalahannya itu.

Setibanya di Astina, Dewi Gendari dikawinkan dengan Raden Destarastra. Setelah Destarastra menjadi raja Astina, Harya Sakuni

diangkat menjadi Patih.

Harya Sakuni pandai berbicara, tetapi ia tidak jujur. Kepandaiannya selalu digunakannya untuk bertipu daya. Tetapi karena kepandaiannya itu, ia berguna juga bagi negara Astina. Adat kelakuan yang demikian menyebabkan terjadinya di dalam bahasa Jawa perumpamaan Seperti Sakuni bagi seseorang yang banyak akalnya.

Karena pandainya menggunakan bahasa dan berputar lidah, kata-kata Sakuni selalu dalam maksudnya dan bisa menjerat lawannya. Katakatanya enak untuk didengar dan mereka yang mendengarnya tertarik seperti kena guna pengasih saja.

Mengingat asal-usulnya, seorang orang yang mulia dan berhak menjadi raja negara Palasajenar, tetapi sesudah ia mengikuti saudara perempuannya yang kemudian diperistri Prabu Destarastra, raja negara Astina yang mempunyai seratus orang anak, maka ia pun memberatkan Astina.

Di negara Astina, Sakuni mempunyai sahabat karib, ialah Pandita Durna yang bersamaan tabiat dengan dia. Kedua tokoh itu memimpin Astina di dalam keadaan dan persoalan yang sulit-sulit. Di dalam pewayangan mereka umumnya dianggap tokoh-tokoh tak baik, padahal mereka bukan orang-orang sembarangan dan hanya oleh karena mereka berpihak pada Astina, dianggaplah mereka sebagai tokoh-tokoh tak baik.

Dalam perang Baratayuda, Sakuhi mati dirobek-robek mulutnya oleh Wrekodara. Sakuni bermata kedondongan, berhidung mungkal gerang, berbentuk batu asahan yang sudah aus, bergigi gusen, berjenggot. Kedua tangannya berlainan bentuk, yang satu tangan raksasa dan yang lainnya menunjuk, seperti tangan dagelan. Bergelang, berpontoh, dan berkeroncong. Kepala berketu udeng. Bersunting kembang kluwih. Berkalung ulur-ulur. Berkain rapekan tentara, bercelana cindai.

Dalam cerita Sakuni mengidap sakit napas. Digambar tampak bahu

tangan belakang agak naik, menandakan, bahwa orangnya mempunyai sakit napas.

Matinya Sakuni melambangkan, bahwa orang pandai bicara yang tak jujur sepantasnya kalau dirobek-robek mulutnya.

Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982
Copyright http://ki-demang.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan

Pengikut